Mana Hak Allah dan Mana Hak Manusia. Opa Porat Antonius
Pernyataan medis yang sering dijumpai pada saat kematian adalah “memang kematian merupakan kehendak Allah tetapi itu tidak berarti manusia tidak boleh berjuang..” Tetapi mana yang merupakan kehendak Allah dan mana yang merupakan hak manusia, kita tidak tahu persis.
Karena batas itu kabur maka orang cenderung memilih ratio. Kalau konsisten menggunakan ratio semestinya kita juga konsisten menggunakan penjelasan rasio terhadap produknya. Misalnya, salah satu produk rasio adalah obat. Dalam sejarahnya, obat merupakan racun. Pharmacy dari kata Pharmakos yang artinya racun. Kalau konsisten dengan cara berpikir rasional, bagaimana manusia bisa mengandalkan obat yang adalah racun. Ketika mengandalkan rasio itu, manusia tidak lagi mendengar Allah tetapi apa kata medis.
Seharusnya untuk mengetahui mana hak Allah, kita bisa mendengar Malaikat. Perangkat untuk mendengar Malaikat adalah Pineal Gland (PG) yang sudah ditemukan sejak awal 17. Tuhan menciptakan Pineal Glen sebagai tempat pertemuan antara jiwa manusia dengan suara yg menuntun. Medis pun mengakuinya sebagai hormon yang mengatur irama tidur. Dengan kemampuan mendengar itu kita bisa membedakan mana urusan Allah dan mana urusan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa memilah mana urusan Tuhan dan rasio. Misalnya, menanam bunga matahari di Mekon. Jenis tanamannya merupakan perintah dari atas. Sementara urusan menanam dan menyiram adalah urusan ratio. Tidak bisa minta Allah tanam dan siram bunga. Tetapi soal tanaman itu hidup atau tidak, itu merupakan urusan Allah.
Wujud suara Malaikat itu adalah ilham. Akibat terlalu banyak menggunakan rasio, kita meninggalkan ilham dan inspirasi. Padahal banyak sekali dimensi kehidupan ini kita menggunakan ilham. Hal yang sederhana adalah soal cinta. Kita memilih pasangan hidup bukan dengan rasio tetapi dengan ilham. Otak adalah tahta (katedral) jiwa, makanya ilham muncul dari otak. Untuk bisa mendengar, hiduplah menurut ukuran dari atas yakni JADI ORANG BAIK. Kita semua punya kesempatan untuk bisa mendengar dari atas.
Kita punya jiwa yang 100 % unik. Tubuh boleh uniknya hanya 0,01 % seperti kata para ahli, tapi jiwa selalu beda. Yang menentukan makanan itu boleh atau tidak adalah jiwa, bukan tubuh. Karena itu, masing-masing racun beda dampaknya, meskipun jenisnya sama.
Karena itu, antara Allah dan rasio harus ada keseimbangan. Kita jangan menjadi orang yang menolak Tuhan tetapi juga bukan orang yang menolak Ilmu Pengetahuan. Kita jadikan keduanya secara seimbang untuk memuliakan Allah.
Catatan:
Filsuf René Descartes pada abad 17 percaya kelenjar pineal manusia sebagai "tempat duduk utama jiwa". Filsafat akademis di antara orang-orang sezamannya menganggap kelenjar pineal sebagai struktur neuroanatomi tanpa kualitas metafisik khusus; ilmu mempelajarinya sebagai salah satu kelenjar endokrin dari sekian banyak kelenjar lainnya. Namun, medis juga mengakui bahwa aktivitas sekresi kelenjar pineal hanya sebagian dipahami. Lokasinya yang jauh di dalam otak memberi signal kepada para filsuf sepanjang sejarah bahwa pineal gland memiliki fungsi khusus. Kombinasi ini meyakinkan banyak orang bahwa PG merupakan kelenjar "misteri" dengan teori mistik, metafisik, dan okultisme seputar fungsinya yang dirasakan.
salam suka ci(n)ta
Comments
Post a Comment