Banyak manusia yang terlanjur keliru dan terjebak dalam
asumsi bahwa kemajuan manusia itu terjadi karena kemampuan berpikir rasional.
Dengan kata lain manusia terlanjur keliru memandang bahwa rasio lah kekuatan manusia.
Kemudian karena otak dianggap sebagai medan utama berpikir rasional itu, maka seluruh
daya termasuk makanan diarahkan untuk mengembangkan otak . Diduga bahwa semakin besar jumlah sel otak dan
semakin luas koneksi antar bagian otak, manusia semakin rasional dan dengan
sendirinya semakin maju.
Bacaan kitab suci pada hari Minggu ini hadir untuk
mengoreksi kekeliruan seperti itu agar manusia tidak terjebak lebih lanjut.
Pesan pokok yang disampaikan pada hari Minggu ini adalah tentang Allah yang
kasih. Allah yang kasih itulah yang membesarkan manusia, yang memimpin manusia
untuk semakin maju. Tidak banyak
manusia, termasuk orang beriman yang
menyadari secara demikian bahwa kasih Allah lah yang mengangkat derajat
hidupnya. Manusia secara rasional lebih melihat bahwa pemimpin atau raja atau
orang yang lebih pandai lah yang mengangkat derajat dunia. Secara individu
manusia pun lebih memandang dan membusungkan dada bahwa derajat hidupnya
diangkat oleh kekuatan rasionya sendiri. Tidak banyak pula yang menyadari
kepemimpinan roh kudus di dunia dan pada diri setiap orang. Tidak banyak yang
menyadari bahwa rasio pada manusia itu mendapatkan kekuatannya dari Roh Kudus.
Tanpa Roh Kudus rasio yang beroperasi di wilayah otak manusia itu tidak
berfungsi , sama seperti otak yang tidak berfungsi tanpa jiwa ketika meninggal
dunia. Otak yang dianggap sebagai medan
rasio tidak berfungsi sama sekali ketika jiwa sebagai medan roh berkarya
meninggalkan tubuh.
Ketika masih hidup , rasio tanpa Roh Kudus hanya mampu
mengantar manusia kembali ke masa lalu yang cenderung kabur dan belum tentu
mengantar manusia ke tempat yang tujuannya ada di depan. Sangat jelas dalam kerja ilmu yang berbasis
rasio : bahwa untuk menjawab masalah yang sedang terjadi atau yang akan terjadi,
manusia harus kembali menelusuri jawaban yang pernah dicapai manusia pada masa
lalu berupa teori yang relevan kemudian meramalkan masa depan dalam rupa
hipotesis. Dalam hipotesis, manusia mencoba merancang kemungkinan yang
diharapkan dapat menjawab masalah yang saat ini terjadi atau yang akan terjadi.
Dalam sejarah dunia banyak masalah fisik yang terjawab dengan jitu melalui
rasio itu, namun sebenarnya yang terjadi adalah berkat roh lah kemajuan itu
dapat tercapai , namun manusia tidak mengenalnya sebagai karya Roh Kudus.
Otak dengan kerja rasionalnya diberikan Allah kepada
manusia, artinya rasio itu juga karya kasih Allah. Namun tidak untuk
menggantikan posisi Roh Kudus. Rasio itu sama seperti bagian tubuh yang lain
seperti mata yang berfungsi melihat dunia. Maka untuk memecahkan masalah dunia
tidak ditentukan oleh rasio sendiri tetapi ditentukan oleh Roh Kudus sebagai
raja yang tahu kemana arah dunia dan hidup manusia. Manusia terutama orang beriman diajak untuk
menerima, percaya, mengakui, dan taat pada Allah sebagai raja yang memimpin
dunia dan setiap orang. Maka dalam mengelola dunia dan mengurusi hidupnya, orang beriman tidak berkiblat pada rasio
melainkan tergantung pada Roh Kudus. Dengarlah Roh Kudus supaya manusia tidak
bingung dengan jawaban otak manusia yang cenderung dalam bentuk pilihan atau
alternatif. Jawaban roh dapat saja
sejalan dengan pengalaman yang terekam dalam otak , dapat juga berbeda dari
pengalaman yang lazim. Manusia akan dengan jelas mendapatkan tuntunan roh dalam
hidup sehari-hari bila manusia bertobat. Bertaubat dari menganggap diri sebagai
raja atas dunia atau atas dirinya sendiri. Manusia diharapkan kembali menerima
dan mengakui dengan Sungguh hati bahwa Allah adalah raja dunia dan kerajaannya
serta kekuasaannya Abadi. Maka manusia
diharapkan menyembah Allah dan mendengarkan Roh Kudus yang dengan setia
memimpin manusia untuk semua urusan hidup mulai dari urusan ketombe atau
jerawat sampai urusan dunia yang luas.
Bila manusia menggunakan rasio sebagai terang dalam
berhadapan dengan kehidupan, maka jelas manusia akan hidup dalam alternatif hidup
tak berhingga. semua serba tidak pasti.
Tanda yang menunjukkan bahwa di dalam diri mengandung roh kudus dan sudah
dibaptis dengan Roh Kudus adalah kepastian. Manusia tidak gelisah. Menerima
semua yang terjadi dan pasti bersukacita apapun keadaan yang dihadapi. Mari
kita bertobat dan kembali kepada Allah sebagai raja yang menguasai hidup
kita. Alah Raja kasih mengandung gerakan
setiap orang yang percaya bertobat tekun dalam kebajikan Roh Kudus sebagai
Terang Dalam berhadapan dengan dunia ini. Roh Kudus akan membantu setiap orang
untuk berpikir rasional dalam kepastian. Selamat bertobat dan hidup dalam roh
kudus.
Cuplikan dari Buku Eksegese
Orang Jalanan, karya Porat Antonius, Buku Jilid 1 Tahun Liturgi
B
Comments
Post a Comment