Menegur saudara yang berdosa, Satu bentuk perutusan orang beriman-Eksegese Orang Jalanan Minggu ke 23 Tahun A
Secara kodrat manusia mudah jatuh
dalam kekeliruan atau kesalahan . Salah
satu kesalahan yang mengganggu kehidupan bersama yang jarang disadari bahwa hal
itu sebagai fatal adalah dosa . Dosa jelas mengganggu relasi dengan sesama
manusia, sebagai contoh : malas, yang
dapat menyebabkan kemiskinan, mengganggu
kehidupan bersama, dalam arti : menimbulkan jarak sosial dan ekonomi antara
yang miskin dan yang kaya. Mencuri juga
demikian : pencuri selalu mengganggu kenyamanan orang lain. Dosa juga
mengganggu relasi dengan Allah. Dosa menghambat aliran kasih Allah kepada
manusia, baik perorangan maupun kelompok. Karena dosa satu orang manusia, semua
jatuh kedalam dosa. Akhirnya dunia menjadi bermasalah dari waktu ke waktu. Karena manusia akhirnya mengandalkan diri
sendiri untuk memecahkan masalah.
Dosa mengganggu aliran Rahmat kasih
Allah, sebagai contoh : orang yang membenci awalnya cenderung sakit kepala,
lalu lama-kelamaan menderita tekanan darah tinggi atau sakit jantung hingga
keluar masuk rumah sakit. Hidup dalam penderitaan tanpa kepastian sembuh sama
artinya dengan terhambatnya aliran Rahmat kehidupan yang terus datang dari
Allah. Karena kasihnya, Allah tidak sekalipun berkeinginan dan membiarkan
manusia menderita karena dosa seperti itu. Melalui kitab suci Allah
mengingatkan manusia untuk tidak berdosa dan saling mengingatkan sesama manusia
untuk bertobat atas dosa. “Jika engkau tidak memperingatkan orang jahat supaya
bertobat, maka orang itu mati dalam kesalahannya, tetapi darimu aku akan
meminta pertanggungjawaban atas nyawanya. Tetapi Jikalau engkau memperingatkan
orang jahat itu supaya bertobat tetapi ia tidak mau, ia akan mati dalam kesalahannya tetapi engkau
telah menyelamatkan nyawamu” Di sini orang beriman berkewajiban menegur yang
berdosa atau yang jahat.
Tidak semua teguran akan membuahkan
hasil. Teguran yang berbuah tobat adalah teguran dimana Yesus hadir dan teguran
yang berwajah kasih. Allah menghendaki manusia mengalami kasihNya yang terus
dicurahkan tanpa henti kepada manusia itu dengan kata lain Allah juga tidak
menghendaki manusia menderita karena dosa. Allah dengan caranya sendiri menegur
manusia yang berdosa tetapi karena keterbatasan manusia, teguran itu tidak
terjangkau manusia yang berdosa. Oleh karena itu Allah memberikan kepercayaan
dan melimpahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang-orang beriman untuk
ikut ambil bagian dalam membantu membebaskan saudaranya dari dosa. Yang
bertanggung jawab menegur diharapkan juga meminta kepada Allah kekuatan dan
kemampuan untuk menegur yang berdosa dengan kasih. Setiap yang diminta dalam nama kasih dan demi
kasih akan dikabulkan.
Injil mengajak orang beriman untuk
melakukan teguran kasih, teguran kasih itu membawa orang berdosa kembali ke
dalam kasih supaya saudara yang berdosa mengalami kasih, Yesus melakukannya
dengan cara menjumpai orang berdosa dan makan bersama mereka tanpa berkata-kata
sedikitpun tentang dosa. Dalam hidup sehari-hari banyak bentuk teguran dgn
bertindak kasih itu. Sebagai contoh : yang
malas bekerja di ajak makan bersama, selesai makan baru di tegur dengan
kata-kata bahwa supaya bisa makan bersama lagi maka harus bekerja karena makanan
itu merupakan hasil kerja. Yang malas bekerja karena tidak tahu cara kerja,
maka caranya adalah dengan mengajak
bekerja bersama. Pendampingan harus terus dilakukan sampai modal dasar untuk
bertobat berhasil dibangun dalam bentuk rajin atau mencintai kerja untuk hidup.
Berdoalah kepada Allah dan Allah akan
mendengarkan doa orang yang bekerja bersamaNya dalam rangka membantu orang lain
untuk bertobat. Bila semua orang beriman memilih cara menegur dengan tindakan
kasih seperti itu, sebenarnya mudah mengubah dunia untuk bertobat. Satu orang untuk satu yang bertobat, cukup. Selamat
menegur saudaramu dengan tindakan kasih, Allah akan hadir menguatkan dan hadir untuk
mengubah dunia menjadi dunia yang damai dan sukacita bersama manusia yang
menerima kepercayaan dan tanggung jawab mengubah dunia yang berdosa menjadi
dunia sukacita tanpa dosa.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan, Minggu Biasa ke 23 Tahun Liturgi A, Buku Jilid 2, halaman 239 - 247
_edian_
Comments
Post a Comment