Skip to main content

Hantu dan Tuhan Minggu Biasa ke 19 Tahun A

 Pada Masyarakat tradisional, hantu dianggap nyata dan ada, juga dianggap menakutkan dan membahayakan manusia. Kepercayaan ini masih kuat hingga kini. Banyak orang di desa bahkan di kota yang masih percaya dan masih takut hantu. Karena menakutkan, banyak orang berjuang menghindari atau melawan hantu dengan kekuatan jimat. Kemajuan dan perkembangan agama tidak mengurangi atau menghapus kepercayaan akan hantu secara tuntas. Bacaan pada hari Minggu mengggambarkan kehadiran Tuhan di tengah manusia. Kehadiran-Nya masih juga dibaca sebagai hantu yang gentayangan ditengah malam – dan - di tengah laut. Dalam Injil dikisahkan bahwa para murid membaca kehadiran Yesus - yang berjalan di atas air di tengah laut pada waktu tengah malam - sebagai hantu. Para murid ketakutan. Melihat mereka takut, Yesus menyapa mereka dan meminta mereka tenang. Petrus masih ragu, dan untuk menghapus keraguannya, Petrus minta Tuhan menyuruhnya berjalan di atas air. "Tuhan, jika benar Tuhan sendiri, suruhlah aku berjalan di atas air". Petrus turun di atas air. Tetapi ketika dirasakannya bahwa angin yang bertiup kencang, Petrus takut dan mulai tenggelam. Yesus mengulurkan tangan Nya dan Petrus selamat.

 

Apakah orang beriman merasakan dan menjadi saksi kehadiran Tuhan di dunia? Jawaban atas pertanyaan itu : bisa ya, bisa tidak. Elia dalam Bacaan Pertama menjadi contoh manusia yang percaya kehadiran Tuhan melalui peristiwa alam. Elia melihat angin yang membelah gunung dan batu, atau gempa, nyala api dan angin sepoi-sepoi sebagai tanda kehadiran Allah. Petrus sebagai contoh manusia yang ragu yang tidak dapat membedakan kehadiran Tuhan dari hantu. Mungkin banyak orang beriman yang membaca semua peristiwa alam atau kehadiran Tuhan - dalam bentuk lain - ,  sebagai kehadiran hantu yang menakutkan. Paulus tampil sebagai tokoh yang teguh mengakui pengalamannya dengan jujur dan dengan jujur pula mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah, karena Allah nyata hadir. Allah hadir dan tetap hadir di tengah dunia. Allah setia dengan kasih-Nya kepada manusia agar manusia tidak takut. Tetapi manusia umumnya atau orang beriman khususnya tidak pernah bebas dari takut. Salah satunya seperti yang digambarkan pada Injil bahwa manusia percaya dan teguh percaya pada hantu. Kehadiran Tuhan di tengah bahaya apalagi pada tengah malam dibaca sebagai hantu yang menyebabkan angin kencang yang berbahaya. Peristiwa alam seperti api, angin atau gempa. Angin  hanya dibaca sebagai peristiwa alam biasa yakni perpindahan udara dari satu tempat ke tempat lain. Gempa bumi di anggap semata sebagai pergeseran lapisan bumi, dąn sebagainya. Jarang dibaca sebagai peristiwa kehadiran Allah yang menyapa manusia dengan bahasa alam. Saat melihat peristiwa alam jarang manusia yang berdoa seperti misal :Tuhan bersabdalah dengan kata yang dapat kami dengar supaya kami mengerti apa kehendak-Mu atas kami melalui peristiwa alam ini. Demikian pula dengan pengakuan tulus orang yang mengalami Allah seperti yang terjadi pada Paulus. Tidak banyak manusia yang mencoba mendengarkan dan mengikuti dengan seksama pengakuan orang yang mengalami Allah. Manusia masih selektit dalam menerima pengakuan orang yang mengalami Allah dalam hidupnya. Itu  karena masih kuatnya pandangan hantu. Yang diterima sebagai pengalaman berjumpa Allah hanyalah kata-kata dari orang tertentu - yang dalam ukuran dunia dianggap merupakan orang pilihan Allah  karena pendidikan,  seperti pendeta atau pastor apalagi kalau uskup. Pengakuan orang biasa jarang dianggap sebagai pengalaman iman yang meneguhkan iman orang lain. Pengakuan orang biasa cenderung dicurigai sebagai berasal dari hantu. Cara pandang yang masih kuat antara Tuhan versus hantu sudah pasti membawa kekeliruan dan kealpaan pada manusia dalam membaca kehadiran Allah dalam bentuk peristiwa alam, kehadiran melalui peristiwa serupa manusia atau kehadirannya yang dialami orang tertentu. Kekeliruan atau kealpaan ini pada gilirannya akan berkonsekuensi pada kehilangan kesempatan mengalami kehadiran Allah dalam berbagai bentuk.

 

Oleh karena itu melalui bacaan pada hari Minggu ini, orang beriman diminta untuk pertama, menghapus gagasan tentang hantu supaya dapat mengalami kehadiran Allah yang mungkin serupa hantu dalam pandangan tradisonal. Kedua, orang beriman diharapkan sabar dan tidak tergesa-gesa dalam menghakimi peristiwa baik alam maupun peristiwa pengakuan orang lain. Melalui alam atau melalui bahasa alam, Allah menyapa manusia supaya manusia menyadari bahwa kehadiran Allah tidak dapat didikte oleh keinginan manusia : yakni Allah hadir menunggu orang beriman di gereja atau di tempat ibadat. Manusia diharapkan terbuka tanpa curiga terhadap cara Allah untuk menghadirkan diri-Nya di dunia. Demikian juga dengan pengakuan tulus sesama manusia yang mengalami Allah. Allah tidak memilah dalam arti hanya menunjukkan diri dan kasih-Nya kepada orang tertentu yang berpendidikan tertentu, terutama kepada mereka yang mampu menjelaskan secara logis rasional melalui kata-kata indah dan berbunga - bunga. Bukankah yang diwartakan oleh manusia yang berpendidikan khusus jaman ini adalah rekaman pengalaman iman orang-orang pilihan Allah sendiri? Yakni orang-orang yang dipilih Allah  bukan berdasarkan berpendidikan khusus atau tanpa gelar dari lembaga pendidikan khusus? Orang beriman diharapkan tidak sombong lalu menempatkan diri sebagai yang lebih tinggi dari yang mengakui pengalamannya bersama Allah dengan tulus. Orang beriman diharapkan terbuka dan dengan sabar menerima pengakuan itu kemudian dilakukan tanpa mempersoalkannya secara logis rasional. Biarkan Allah yang meluruskannya sendiri bila pengakuan itu bersumber dari hantu – jika memang hantu itu ada dan benar ada. Dengan demikian orang beriman tampil sebagai órang yang teguh melihat semua peristiwa sebagai peristiwa Allahi. Ketika mengalaminya, biasanya ada suara kata yang menjelaskannya. Resapilah dan katakan dengan tulus. "Terima kasih ya Allahku, Engkau setia hadir dan menunjukkan kasih setia-Mu dengan berbagai,cara supaya kami manusia tidak perlu takut lagi apalagi takut terhadap hantu".

 

 

 

Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius, 


Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan, Minggu Biasa ke 19 Tahun Liturgi A, Buku Jilid 2, halaman 205 – 210


_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...