Skip to main content

Allah Menafkahi Manusia - Eksegese Orang Jalanan Minggu 18 Tahun A

 Semua manusia mencari nafkah. Agar bisa memenuhinya, manusia memilih macam-macam pekerjaan. Ada yang memilih bekerja kasar seperti petani dan buruh.  Tempatnya juga berbeda. Ada yang di tempat kelahirannya saja sampai mati. Tetapi banyak pula yang meninggalkan tempat asalnya dan merantau ke negeri orang hanya untuk mendapatkan nafkah hidup. Apapun yang dikerjakan, dimanapun nafkah itu didapatkan, yang jelas harus bekerja untuk nafkah hidup.

 -o-

Di tengah kesibukan manusia mencari nafkah hidup, bacaan-bacaan pada hari Minggu ini berbicara sebaliknya.  Allah lah yang sibuk mencari nafkah bagi manusia. Dalam Bacaan Pertama digambarkan tentang ajakan Allah kepada orang yang haus, lapar,dan kekurangan uang untuk makan dan minum yang disediakan-Nya.  Allah juga mengajarkan tentang ihwal berbelanja kebutuhan makan dan minum untuk yang penting.  Makanan dan minuman yang lezat dicarikan  Allah bagi manusia. Yang dibutuhkan dari manusia hanyalah mendengar Allah. "Dengarlah Aku, maka kamu akan mendapat makanan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu, dan datanglah kepada-Ku".

 

Allah mengenal yang dibutuhkan manusia untuk hidup sekaligus menyediakan sumbernya. Manusia sebenarnya tidak terlalu perlu bersusah payah mendapatkannya, sampai harus merantau jauh-jauh, misalnya.  Agar tidak berkesulitan, alangkah baiknya manusia membuka diri terhadap Allah dan membiarkan Allah yang menentukan dan menyiapkan yang dibutuhkan manusia. Karena Allah yang mempunyai, maka Allah mengenal yang dibutuhkan manusia. Allah mempunyai langkah sendiri pula untuk memenuhi yang dibutuhkan manusia. Banyak manusia yang mengalami kesulitan dengan hidupnya karena yang dibutuhkan manusia justru ditentukan sendiri dan keluar dari pikirannya sendiri. Yang dibutuhkan itu adalah yang diciptakan dari pikiran, lalu manusia berjuang sendiri pula untuk memenuhi.

 

Allah mengajak manusia mendengarkan Dia. Yang mendengarkan, yang telinganya disendengkan, yang melakukan kehendak Allah akan hidup. Sebagai contoh, misalnya Allah mengatakan : Jangan rakus!" Yang ikut dan tidak rakus jelas tidak bermasalah dengan kesehatannya, tidak menderita. Akhirnya, hanya yang sehat saja yang dapat menikmati sajian yang lezat. Sedangkan yang  tidak melakukannya menjadi tidak sehat, tidak bisa menikmati makanan yang lezat-selezat apa pun makanan itu. Jika semua yang sehat dan lezat ditentukan sendiri dari pikiran manusia , maka yang lezat seperti itu justru menjerumuskan manusia kedalam penderitaan berbagai penyakit.  Allah tahu, untuk manusia di daerah tertentu, kebutuhan makanannya berbeda dari daerah lain.  Di sana akan bertumbuh jenis makanan yang cocok untuk kebutuhan tubuh sehat mereka. Ketika digantikan dengan yang sehat menurut pengalaman orang di daerah lain, yang terjadi adalah penderitaan. Tidak banyak yang memandang bahwa penyebab utama penderitaan itu adalah akibat dari tidak menyendengkan telinga untuk mendengarkan Allah tentang : cara hidup sehat, misalnya. Sedikit sekali yang menyadarinya bahwa sakit seperti itu sebagai akibat dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang bertentangan dengan disposisi genetis yang ditetapkan Allah yang telah disediakan di lingkungan tempat hidupnya sejak nenek moyangnya. Sedikit juga yang menyadarinya bahwa sakit sebenarnya sebagai akibat rakus.

 ***

 Manusia ingin makan segalanya sekalipun tidak dibutuhkan tubuh, akhirnya tubuh rusak dan menderita sakit.  Yang mendengarkan Allah tidak mengalaminya.Yang mendengarkan Allah bukan saja sehat, tetapi juga berkecukupan.  Bersama Allah,  orang beriman belajar tentang berhemat.  Biaya konsumsi dapat ditekan karena tidak berbelanja segala-galanya. Itu sebabnya dalam Bacaan Pertama Allah mengajarkan agar ada bagian yang bisa disimpan sampai pada waktunya nanti dikeluarkan kalau sudah benar-benar dibutuhkan. Yang tidak berguna bagi tubuh diabaikan. Singkatnya, berbelanja dengan cermat. "Mengapa kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan Roti? Mengapa upah jerih payahmu kau belanjakan untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”

Kenyataan yang dilukiskan berdasarkan Bacaan Pertama di atas itu adalah prakondisi yang dibutuhkan jiwa. Jiwa harus bertumbuh di dalam kasih dan bersama kasih. Jiwa yang bertumbuh bersama kasihlah yang membuat orang beriman bisa mendengar Allah lebih jelas. Kemudian melakukannya dengan tepat. Yang masih bisa dijangkau sekarang ini adalah suara Allah yang tertulis melalui Kitab Suci. Tetapi apakah orang beriman masih memperlakukan Kitab Suci sebagai pedoman hidup? Yang lebih berpengaruh dewasa ini justru ilmu pengetahuan. Orang beriman sendiri pun mulai mempertanyakan kebenaran iman dalam Kitab Suci dan mengagungkan ilmu pengetahuan. Tetapi yang terjadi dunia tidak berubah ke arah yang lebih baik. Semakin canggih ilmu pengetahuan semakin banyak masalah yang dihadapi orang beriman. Tetap saja juga orang beriman dihadapkan dengan masalah hidup , masalah sakit dan penderitaan yang tidak ada jawabannya, masalah pertanian yang tidak mendukung kesehatan manusia, kekeringan, kelaparan, kemiskinan.

 ***

 Mengandalkan Allah yang berbicara melalui Kitab Suci adalah dengan hidup sederhana, tidak boros, tidak malas, tidak menggerutu, tidak marah-marah. Misal : Lewat media masa diperoleh informasi mengenai kenaikan harga barang, terutama harga sembako, lalu yang  ingin mengonsumsi  segala - segalanya tentu akan kelimpungan dengan informasi kenaikan harga sembako itu. Yang mengandalkan Allah, hidup sederhana, hidup hemat, tidak boros, dan belanja cermat seperti yang digambarkan melalui Bacaan Pertama di atas, maka berita kenaikan harga barang tidak banyak berpengaruh. Harga daging naik, harga cabe naik, harga telur naik tidak mengapa. Tidak membelajakannya sehingga tidak juga cemas setinggi apa pun kenaikan harga barang-barang itu. Ya... karena tidak mengonsumsi yang macam-macam. Yang mengandalkan ilmu pengetahuan merasa benar karena rasionalisasinya.  Rasionalisasi menjustifikasi  kenikmatan. Justifikasi di sini misalnya, menyamakan yang enak dan nikmat dengan yang sehat.  Semua makanan yang enak itu berarti sehat. Akhirnya tergoda untuk mengonsumsi segala-galanya.  Konsekuensinya harus membeli segala-galanya pula. Ketika segala-galanya naik harga, tidak heran jika banyak orang yang seperti itu kelimpungan. Dengan mengandalkan Allah hidup justru akan sederhana. Tunjukkan apa adanya kepada Allah, seperti murid Yesus menunjukkan lima buah roti dan dua ekor ikan.  Pada saatnya akan ditambahkan Allah dan diubah menjadi berlipatganda.

 

   

Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius, 

Minggu Biasa ke 18 Tahun Liturgi A

Buku Jilid 2, halaman 194 - 202

 

 

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...