Skip to main content

Hal Kerajaan Surga Minggu ke 16 Tahun LIturgi A


Di dunia ini, yang nyata - yang dapat dipahami dengan lebih baik adalah dunia fisik.  Dengan bantuan ilmu matematika, manusia dapat menghitung yang di dunia ini sampai yang kecil. Dengan bantuan fisika dan kimia manusia dapat mengenal komponen fisik dan proses kimia yang terjadi dalam benda-benda di dunia. Dengan bantuan sosiologi, manusia dapat memahami relasi-relasi yang membentuk atau menghancurkan masyarakat. Dengan arkelogi manusia dapat memahami dan menghitung perkembangan peradaban manusia. Dengan teknologi manusia dapat merancang dunia fisik dengan cermat untuk menunjang kehidupan fisik dunia. Sampai akhirnya manusia semakin yakin  bahwa yang nyata itu adalah materi yang bisa dihitung dan diukur. Ketika manusia lain datang dengan gagasan tentang Surga dan Allah, banyak manusia yang telanjur percaya pada materi terukur, menganggap gagasan itu sebagai ilusi atau hasil pikiran manusia yang mengalami gangguan jiwa. Ketika ada orang yang menegaskan lagi bahwa Allah itu mahakuasa dan Allah adalah sumber hidup, banyak manusia yang telanjur menggantikanTuhan dengan manusia sendiri dan menggantikan  Surga itu dengan kemewahan hidup dunia ini. Hasilnya: banyak manusia tidak percaya dan hadir mengolok-olok orang yang menyembah Allah dan mencemooh mereka dengan berbagai gelar yang menyakitkan. Bacaan pada hari Minggu ini, tampil meneguhkan orang  beriman  dalam  memahami  Allah dan Surga. Allah sendiri memahami kesulitan manusia dalam memahami  Allah dan Surga secara Allahi, Allah melampaui kemampuan manusia. Allah meminjam  pengetahuan manusia tentang  dunia  sebagai  jembatan  menuju  pemahaman akan  Allah, kasih Allah dan Surga. Oleh karena itu, Allah menggambarkannya  dalam  bentuk  perumpamaan  supaya mudah dan terjangkau pemahaman manusia.

***

Yang disampaikan pada ketiga bacaan pada hari Minggu ini adalah tentang kerajaan Allah dengan kasih- Nya.  Allah sebagai pemilik dunia dan pemilik benih yang terbaik untuk dunia. Ketika dunia membutuhkannya , Allah sendiri yang menaburkannya. Benih kebaikan dan benih yang baik dari Allah mungkin  kecil dan tak kelihatan, tetapi  berkekuatan  melampaui  yang  lain dan salah satu kekuatannya adalah  merembes  secara  merata keseluruh bagian  yang  bercampur  bersamanya. Ketika  manusia hadir membawa  benih  kebaikan versi manusia ke dunia, Allah sabar dan adil sampai manusia bertobat dan sabar sampai manusia sendiri dapat memilah ilalang dari gandum dengan tepat. Kemudian ketika manusia lemah dalam menyampaikan keluhannya :  tentang memelihara benih dan cara bertobat yang sesuai kehendak-Nya,  Allah sendiri mengatasinya dengan menghadirkan Roh Kudus  yang  merekam  semua keluhan tak terucap dan menyampaikannya  kepada  Allah.  Itulah  kerajaan  Allah  dan  Allah yang empunya  kerajaan  Surga.

***

Seorang  petani tidak terlalu perlu untuk mencari kehadiran Allah yang luarbiasa ini. Petani cukup memandang benih  dan resaplah pesan kasih Allah melalui benih yang kecil, nyata dan sederhana  bahwa  dalam  benih  yang kecil itu ada kehidupan sebagai  tanda  kehadiran  Allah dan  kasih Allah yang menghidupkan  manusia.  Manusia  tidak  sedikitpun  ikut  ambil  bagian  dalam  menyediakan kekuatan itu. Ketika  Injil  berbicara tentang benih kehidupan, benih itu tidak sebatas benih fisik pada tumbuhan. Diri manusia juga  sebenarnya  mengandung  benih yang berkekuatan  Allahi  yang  tidak  kelihatan,  atau dalam bagian Kitab Suci yang lain disebutkan sebagai raga perkembangan Surgawi  yang  tidak  kelihatan.  Dalam perkembangan manusia, raga Surgawi  ini  bertumbuh  bersama  ilalang yang mengganggu  perkembangannya.  Tidak perlu tergesa-gesa  mencabut  ilalang  itu  sebelum  berhasil membedakan  dan  memisahkan  yang  baik  untuknya  dengan  jelas.  Sabar sampai  waktu  Allah tiba. Manusia  umumnya,  seperti yang  digambarkan  pada Bacaan Injil,  cenderung  tergesa-gesa.  Banyak kasus  dalam hidup  sehari-hari  yang  menggambarkan  sikap  manusia yang  tergesa-gesa  seperti  itu. Sebagai contoh :  Di rumah,  banyak  orangtua  yang  tergesa-gesa  menghilangkan kenakalan,  atau kebodohan, atau  ketidakteraturan  hidup  seorang  anak  yang  sedang  bertumbuh  dengan cara marah atau siksaan agar ilalangnya mati dan yang berkembang  hanya  gandumnya.  Demikian  juga di sekolah,  banyak  guru  atau  orangtua  yang  mengurusi sekolah  atau  pendidikan dengan  tergesa-gesa (dengan alasan  tuntutan  kurikulum  atau standar yang  ditetapkan) supaya  siswa  segera  cerdas dalam kurun  waktu  yang ditetapkan.  Caranya  dengan  disiplin yang  ketat  dan  kaku supaya  waktu anak  hanya  digunakan  untuk  belajar atau mencekoki  pengetahuan  yang  diinginkan  dalam  waktu sepadat-padatnya.  Yang  ilalangnya masih bertumbuh, siswa dihukum atau ditekan agar ilalangnya mati. Di gereja juga sama:  Banyak pemimpin agama yang tergesa gesa mengucilkan pengikutnya sebelum pemimpin itu mampu  dengan cermat  membedakan  ilalang dari gandum. Dalam aspek  hidup lain pun sama. Banyak orang yang tergesa-gesa mau hidup berkecukupan  tanpa  mampu memilah  dengan cermat  ilalang dari gandum  atau  cara  hidup  menuju  hidup berkecukupan. Dalam  situasi seperti  ini banyak gandum yang justru  tercabut - terbakar dan  ilalangnya yang  bertumbuh. Di  rumah  dan di masyarakat  banyak kebaikan  atau potensi  anak yang mati  karena  orangtua  tergesa-gesa  sebelum  mendengarkan jawaban  Allah yang disampaikan  Roh Kudus atas kegalauan dan kebingungan manusia dalam memilah. Semakin lama, semakin banyak anak atau manusia dengan perilaku jahat yang mematikan gandum kehidupan bersama atau gandum kehidupan dalam diri atau orang lain.

***

Bacaan pada hari Minggu ini mengingatkan orang beriman  dan meneguhkan bahwa hidup ini bukan milik manusia.  Dengan demikian manusia, siapapun dia, tidak sedikit pun mempunyai hak untuk memilah apalagi mencabut  ilalang yang bertumbuh bersama gandum sesuai  waktu  yang  ditetapkan pemilik hidup.  Hanya Allah sebagai pemilik hidup yang mampu melakukan-Nya sendiri. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, hanya satu yang dapat dilakukan manusia yaitu  S A B A R …Hingga Roh Kudus datang dan hadir menyampaikan kepada manusia tentang  waktu dan cara sesuai Allah sebagai pemilik hidup. Ketika suara Roh itu tidak jelas, bukalah diri dan tekun sambil sabar berkomunikasi dengan Allah dalam doa atau cara lain yang sesuai kehendak Allah. Demikian pun bila menemukan ilalang yang bertumbuh bersama gandum. Sabar dan tunggulah waktu Allah untuk memilah sendiri gandum dari ilalang supaya jangan keliru mencabut karena manusia terbatas dalam ketelitian dan pengetahuan tentang : mana yang gandum (baik) dan mana yang ilalang (yang buruk). Datanglah selalu pada Allah karena  Allah setia menolong manusia. Dengan  mengikuti  bacaan pada hari Minggu ini, orang beriman diharapkan tidak hanya mampu membedakan ilalang dari gandum. Orang beriman tampil sebagai gandum (sebagai yang baik) - agar orang lain dapat membedakan gandum dari  ilalang dalam hidup di dunia ini. Selain itu, orang beriman tampil sebagai orang yang tidak tergesa-gesa dalam mencabut ilalang karena  Allah  akan menyampaikannya  kepada  manusia pada waktu yang tepat.


_edian_


Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius, 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan, Minggu Biasa ke 16 Tahun Liturgi A, Buku Jilid 2, halaman 170 - 177










Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...