Di dunia ini, yang nyata -
yang dapat dipahami dengan lebih baik adalah dunia fisik. Dengan bantuan ilmu matematika, manusia dapat
menghitung yang di dunia ini sampai yang kecil. Dengan bantuan fisika dan kimia
manusia dapat mengenal komponen fisik dan proses kimia yang terjadi dalam benda-benda
di dunia. Dengan bantuan sosiologi, manusia dapat memahami relasi-relasi yang membentuk
atau menghancurkan masyarakat. Dengan arkelogi manusia dapat memahami dan
menghitung perkembangan peradaban manusia. Dengan teknologi manusia dapat merancang
dunia fisik dengan cermat untuk menunjang kehidupan fisik dunia. Sampai
akhirnya manusia semakin yakin bahwa
yang nyata itu adalah materi yang bisa dihitung dan diukur. Ketika manusia lain
datang dengan gagasan tentang Surga dan Allah, banyak manusia yang telanjur percaya
pada materi terukur, menganggap gagasan itu sebagai ilusi atau hasil pikiran
manusia yang mengalami gangguan jiwa. Ketika ada orang yang menegaskan lagi bahwa
Allah itu mahakuasa dan Allah adalah sumber hidup, banyak manusia yang telanjur
menggantikanTuhan dengan manusia sendiri dan menggantikan Surga itu dengan kemewahan hidup dunia ini.
Hasilnya: banyak manusia tidak percaya dan hadir mengolok-olok orang yang
menyembah Allah dan mencemooh mereka dengan berbagai gelar yang menyakitkan. Bacaan
pada hari Minggu ini, tampil meneguhkan orang beriman dalam memahami
Allah dan Surga. Allah sendiri memahami
kesulitan manusia dalam memahami Allah
dan Surga secara Allahi, Allah melampaui kemampuan manusia. Allah meminjam pengetahuan manusia tentang dunia sebagai
jembatan menuju pemahaman
akan Allah, kasih Allah dan Surga. Oleh
karena itu, Allah menggambarkannya dalam
bentuk perumpamaan supaya mudah dan terjangkau pemahaman manusia.
***
Yang disampaikan pada
ketiga bacaan pada hari Minggu ini adalah tentang kerajaan Allah dengan kasih- Nya.
Allah sebagai pemilik dunia dan pemilik
benih yang terbaik untuk dunia. Ketika dunia membutuhkannya , Allah sendiri
yang menaburkannya. Benih kebaikan dan benih yang baik dari Allah mungkin kecil dan tak kelihatan, tetapi berkekuatan melampaui yang lain dan salah satu kekuatannya adalah merembes secara merata
keseluruh bagian yang bercampur bersamanya. Ketika manusia hadir membawa benih kebaikan
versi manusia ke dunia, Allah sabar dan adil sampai manusia bertobat dan sabar sampai
manusia sendiri dapat memilah ilalang dari gandum dengan tepat. Kemudian ketika
manusia lemah dalam menyampaikan keluhannya : tentang memelihara benih dan cara bertobat
yang sesuai kehendak-Nya, Allah sendiri
mengatasinya dengan menghadirkan Roh Kudus yang merekam semua keluhan tak terucap dan menyampaikannya kepada Allah. Itulah kerajaan
Allah dan Allah yang empunya kerajaan Surga.
***
Seorang petani tidak terlalu perlu untuk mencari
kehadiran Allah yang luarbiasa ini. Petani cukup memandang benih dan resaplah pesan kasih Allah melalui benih yang
kecil, nyata dan sederhana bahwa dalam benih
yang kecil itu ada kehidupan sebagai tanda kehadiran
Allah dan kasih Allah yang menghidupkan manusia. Manusia
tidak sedikitpun ikut ambil bagian
dalam menyediakan kekuatan itu. Ketika Injil berbicara tentang benih kehidupan, benih itu
tidak sebatas benih fisik pada tumbuhan. Diri manusia juga sebenarnya mengandung benih yang berkekuatan Allahi yang tidak
kelihatan, atau dalam bagian Kitab Suci yang lain
disebutkan sebagai raga perkembangan Surgawi yang tidak
kelihatan. Dalam perkembangan manusia, raga Surgawi ini bertumbuh
bersama ilalang yang mengganggu perkembangannya. Tidak perlu tergesa-gesa mencabut ilalang itu sebelum
berhasil membedakan dan memisahkan
yang baik untuknya
dengan jelas. Sabar
sampai waktu Allah tiba. Manusia umumnya, seperti yang digambarkan pada Bacaan Injil, cenderung tergesa-gesa. Banyak kasus dalam hidup sehari-hari yang menggambarkan sikap
manusia yang tergesa-gesa seperti itu. Sebagai contoh : Di rumah, banyak orangtua
yang tergesa-gesa menghilangkan kenakalan, atau kebodohan, atau ketidakteraturan hidup seorang
anak yang sedang
bertumbuh dengan cara marah atau siksaan agar ilalangnya
mati dan yang berkembang hanya gandumnya. Demikian juga di sekolah, banyak guru atau orangtua
yang mengurusi sekolah atau pendidikan dengan tergesa-gesa (dengan alasan tuntutan kurikulum atau standar yang ditetapkan) supaya siswa segera cerdas dalam kurun waktu
yang ditetapkan. Caranya dengan disiplin
yang ketat dan kaku supaya waktu anak hanya digunakan
untuk belajar atau mencekoki pengetahuan yang diinginkan
dalam waktu sepadat-padatnya. Yang ilalangnya
masih bertumbuh, siswa dihukum atau ditekan agar ilalangnya mati. Di gereja
juga sama: Banyak pemimpin agama yang
tergesa gesa mengucilkan pengikutnya sebelum pemimpin itu mampu dengan cermat membedakan ilalang dari gandum. Dalam aspek hidup lain pun sama. Banyak orang yang
tergesa-gesa mau hidup berkecukupan tanpa
mampu memilah dengan cermat ilalang dari gandum atau cara
hidup menuju hidup berkecukupan. Dalam situasi seperti ini banyak gandum yang justru tercabut - terbakar dan ilalangnya yang bertumbuh. Di
rumah dan di masyarakat banyak kebaikan atau potensi
anak yang mati karena orangtua tergesa-gesa sebelum
mendengarkan jawaban Allah yang
disampaikan Roh Kudus atas kegalauan dan
kebingungan manusia dalam memilah. Semakin lama, semakin banyak anak atau
manusia dengan perilaku jahat yang mematikan gandum kehidupan bersama atau gandum
kehidupan dalam diri atau orang lain.
***
Bacaan pada hari Minggu
ini mengingatkan orang beriman dan meneguhkan
bahwa hidup ini bukan milik manusia. Dengan demikian manusia, siapapun dia, tidak sedikit
pun mempunyai hak untuk memilah apalagi mencabut ilalang yang bertumbuh bersama gandum sesuai waktu yang
ditetapkan pemilik hidup. Hanya Allah sebagai pemilik hidup yang mampu melakukan-Nya
sendiri. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, hanya satu yang dapat dilakukan
manusia yaitu S A B A R …Hingga Roh
Kudus datang dan hadir menyampaikan kepada manusia tentang waktu dan cara sesuai Allah sebagai pemilik
hidup. Ketika suara Roh itu tidak jelas, bukalah diri dan tekun sambil sabar
berkomunikasi dengan Allah dalam doa atau cara lain yang sesuai kehendak Allah.
Demikian pun bila menemukan ilalang yang bertumbuh bersama gandum. Sabar dan
tunggulah waktu Allah untuk memilah sendiri gandum dari ilalang supaya jangan
keliru mencabut karena manusia terbatas dalam ketelitian dan pengetahuan
tentang : mana yang gandum (baik) dan mana yang ilalang (yang buruk). Datanglah
selalu pada Allah karena Allah setia
menolong manusia. Dengan mengikuti bacaan pada hari Minggu ini, orang beriman
diharapkan tidak hanya mampu membedakan ilalang dari gandum. Orang beriman
tampil sebagai gandum (sebagai yang baik) - agar orang lain dapat membedakan gandum
dari ilalang dalam hidup di dunia ini.
Selain itu, orang beriman tampil sebagai orang yang tidak tergesa-gesa dalam
mencabut ilalang karena Allah akan menyampaikannya kepada manusia
pada waktu yang tepat.
_edian_
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius,
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan, Minggu Biasa ke 16 Tahun Liturgi A, Buku Jilid 2, halaman 170 - 177
Comments
Post a Comment