Skip to main content

Memilih Antara Roti dan Sabda

Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan 
Karya Porat Antonius

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Tahun liturgi A 

Ada ungkapan : di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat - yang menyiratkan bahwa pintu masuk kehidupan manusia yang terdiri atas tubuh dan jiwa itu adalah tubuh, artinya kehidupan jiwa ditentukan oleh kehidupan tubuh. Jika tubuh sehat, jiwa pun sehat.
Dalam perjalanan sejarah, akhirnya berkembang pula pandangan yang mencoba memberi perhatian pada jiwa. Apa sebenarnya yang dibutuhkan jiwa ? Manakah yang menjadi prioritas, tubuh ataukah jiwa?
Bacaan Kitab Suci Minggu ini memberikan kepastian jawaban, bahwa gereja menganut paham bahwa pintu kehidupan manusia adalah jiwa dengan sumbernya adalah Allah. Musa mengajak umat untuk mengikuti perintah Tuhan sebagai kebutuhan jiwa mendahului manna untuk kebutuhan tubuh sebagai pilihan tepat untuk kehidupan.
Paulus berbicara tentang persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus sebagai pilihan beriman yang seyogyanya diacu, bukan piala atau roti fisiknya.
***
Ketika orang beriman melupakan persekutuannya, maka perjamuan yang dirayakan adalah perjamuan roti dan anggur fisik. Selesai perjamuan roti dan anggur itu tidak bermakna lebih lanjut dalam persekutuan di luar perjamuan. Di gereja bisa menahan emosi, di luar gereja emosi meluap luap. Akan berbeda bila orang beriman memandang gereja dengan segala ritualnya sebagai persekutuan dan tempat belajar untuk membina persekutuan di luar gereja. Yang sungguh-sungguh sebagai tubuh dan darah Nya adalah persekutuannya. 
Dalam bacaan Injil, orang orang mengikuti Yesus semata-mata untuk memenuhi kebutuhan roti untuk kehidupan tubuh. Mereka lebih memilih memenuhi kebutuhan tubuh daripada mengikuti Yesus demi kehidupan jiwa. Yesus mengingatkan : "Akulah roti hidup yang turun dari surga, barangsiapa makan roti ini dan minum darahKu akan beroleh hidup selama -lamanya."  Yesus mengatakannya untuk mengingatkan pengikutnya bahwa menyambut Yesus yang datang dari surga jauh lebih menghidupkan daripada roti yang mereka pikirkan. Artinya roti untuk tubuh tetap penting, namun menerima Yesus yang turun dari surga jauh lebih menghidupkan jiwa daripada roti fisik yang mereka pikirkan. Sabda Yesus ditujukan untuk jiwa karena jiwa lah yang menghidupkan tubuh. 
***
Bacaan Minggu ini pada intinya menggambarkan Kasih Allah. Menuruti perintah Tuhan jauh lebih menghidupkan. Berseberangan dengan yang dikehendaki Allah, manusia sangat terikat dengan tubuh atau yang nyata hidup adalah tubuh. Bagi yang berorientasi tubuh, mengikuti perintah Tuhan dan mengikuti Yesus bukan untuk jiwa melainkan untuk memenuhi kebutuhan roti untuk tubuh.
Melalui bacaan Minggu ini, orang  beriman diajak untuk memandang kehidupan jiwa yang menentukan kehidupan tubuh. Bagi orang beriman, makan roti itu penting tetapi roti itu tidak untuk jiwa yang hidup selama-lamanya. Makanan untuk jiwa yang hidup selama-lamanya adalah : sabda, ucapan atau perintah Tuhan. Yesus-lah sumbernya, yang khusus turun dari surga. Dengan demikian , menyambut Yesus yang turun dari surga sama dengan makan roti yang menghidupkan, terutama menghidupkan jiwa yang pada gilirannya menghidupkan tubuh.
Orang beriman tidak lagi bingung dengan makanan jiwa, makanan jiwa adalah sabda Allah dalam persekutuan dengan hidup Kristus. Memberi makanan kepada jiwa terjadi dengan cara : mendengarkan perintah Tuhan dan tekun melaksanakannya. 
***
Memberi makanan kepada jiwa terjadi melalui persekutuan dengan Kristus.  Di dalam persekutuan itu tercipta relasi antara sesama manusia dan relasi manusia dengan Allah. Ketika sabda Nya menyatu dengan kehidupan orang beriman, pada saat itulah sabda akan berbicara dari dalam untuk menuntun hidup manusia. Bahwa sabda Kristus itu roti yang menghidupkan , sesungguhnya nyata dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam persekutuan di dalam keluarga dihidupkan karena persekutuan dengan Kristus sebagai roti yang menghidupkan.
Persekutuan keluarga orang beriman berciri unik. Secara duniawi, keluarga terdiri dari otoritas dan subotoritas yang dibangun dalam kepatuhan. Tetapi sebagai orang beriman, keluarga tunduk pada satu otoritas yang sama, yaitu Kristus. Setiap orang dalam keluarga harus tunduk pada Kristus sebagai sumber otoritas yang menghidupkan persekutuan keluarga. Roti dan anggur dibagikan agar setiap orang merasakan sumber persekutuan sejati dalam dirinya masing-masing kemudian persekutuan sejati dari Kristus berfungsi membangun tali penghubung persekutuan di antara manusia.
Setiap anggota keluarga mengemban tugas mengalirkan tubuh dan darah Kristus yang sama itu untuk membangun persekutuan keluarga. Yesus mengajarkan kasih, artinya setiap anggota bersekutu dalam kasih yang sama dengan ciri kasih yang bersumber dari satu sumber yang sama yakni Kristus. Dengan bersekutu dengan Kristus, manusia hidup selama-lamanya dalam arti hidup dalam damai dan kasih. 
***
Hidup selama-lamanya  tidak berarti tidak mati. Hidup selama - lamanya artinya hidup dalam kepastian, pasti damai, pasti sukacita, pasti berkecukupan, pasti dalam semua aspek dalam keluarga sehari-hari. Dengan demikian, secara jiwa, hidup selama-lamanya berarti tidak mengalami penderitaan abadi, melainkan hidup bersukacita selamanya dan mengalami sukacita sempurna bersama yang turun dari surga itu. Secara tubuh juga demikian, yang mendahulukan makanan jiwa pun tidak menderita. Di dalam diri anggota keluarga sebagai persekutuan tubuh pun akan hidup kasih dalam rupa : sukacita, sabar, memaafkan, rela berkorban, rajin, dan sebagainya yang pada gilirannya berpengaruh pada kesehatan tubuh. Yang hidup dalam keluarga sukacita dan damai, jarang menderita fisik seperti darah tinggi, jantung atau diabetes. Rayakanlah persekutuan itu dalam persekutuan di dalam keluarga.




Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius - Max Biae Dae,  Tahun A Jilid 2,  Minggu Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus



_edian_






Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...