Skip to main content

AP 4 nov 18 Pontianak 'mampu mencintai?'

APAKAH KITA MAMPU MENCINTAI? ----

Mampukah kita melakukan cinta itu? Jawabannya: Pasti bisa! Karena Allah yang menunjangnya. Karena Allah yang menunjangnya, maka jawabannya pasti bisa. ----

Pasti bisa, karena Allah sudah lebih dahulu memberikan cinta itu kepada diri kita. Dengan kata lain, potensi cinta sudah dialirkan Allah ke dalam diri. Potensi itu selain ditambahkan Allah terus menerus, tetapi juga bertumbuh di dalam diri. Cara menumbuhkan cinta… kita mengalirkan cinta. ----

Dalam hidup sehari-hari jelas, semakin kita terbiasa tersenyum, senyuman itu menjadi otomatis. Karena kita terus mengalirkan senyuman itu, maka senyuman itu menjadi otomatis. Semakin kita rajin, rajin itu juga menjadi otomatis. Kebalikannya, kalau kita berlajar bersungut-sungut, nanti bersungut-sungutnya juga otomatis. ----

Karena itu coba biasakan diri dalam cinta, dan akan menjadi otomatis. Pertanyaannya apa yang menyebabkan dia menjadi otomatis? Terus mencintai. Sampai kita melakukan cinta itu tanpa beban, tanpa berpikir Banyak. Coba kita sekarang menjadi saudara, menjadi adik-kakak, bukan karena kita berpikir bagaimana menjadi saudara. Tetapi kita menjadi saudara karena ya hidup saja sebagai saudara, dan rasanya bertumbuh sendiri. Jalankan saja, nanti Allah yang tunjang, Allah yang tambahkan. Itulah sebenarnya cinta yang sederhana, yang bisa kita lakukan. ----

Kita mampu? Mampu, karena Allah mendahului mencintai kita dan tidak akan pernah berhenti mencintai kita.

Dalam konteks cinta, apa yang dipersembahkan Yesus kepada Bapanya? Yang dipersembahkan Yesus adalah kegagalan kita. Jadi kita punya Yesus yang mempersembahkan kegagalan kita, supaya kegagalan kita jangan menjadi beban. Ketika sudah dipersembahkan kepada Allah, maka kita tidak mempunyai beban, maka ringanlah hidup dan kita bisa terus melakukan cinta walaupun kecil.
Lalu yang dipersembahkan Yesus itu “didaur-ulang” oleh Tuhan untuk menjadi kekuatan baru, memberi energi baru yang tumbuh pada kita. Karena itu jangan takut dengan kegagalan, karena kegagalan kita itu akan diambil Yesus dan dipersembahkan kepada Bapanya. ----

Jadi kalau kita mencintai, melibatkan otak iya, tetapi jangan otak saja. Kalau otak maka dia punya cinta itu, cinta kalkulatif. Tapi kalau cinta dengan jiwa, ada waktunya menghitung tapi ada waktunya tidak menghitung. Tapi kalau jiwa (hakekatnya) tidak menghitung. ----

[Opa Anton, Meja Teologi, Pontianak, 4 November 2018]

By: Kocar-Kacir Productions

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...