Autophagy atau makan sekali sehari bukan hanya semata-mata untuk tubuh seperti studi Yoshinori Ohsumi peraih hadiah Nobel. Tindakan itu adalah bentuk silih atas dosa pribadi maupun orang lain. Dengan authophagy maka kita kurangi mengeluh karena urusan makan. Pengeluaran bisa dihemat. Dunia ini pusing karena persoalan ekonomi. Surga ikut merasakan persoalan itu sehingga menawarkan pendekatan autophagy. Dunia juga berkelahi karena memperebutkan sumber-sumber ekonomi. Korupsi, perang, dan semua konflik di muka bumi terjadi karena urusan ekonomi. Kalau kita semua makan sekali sehari uang kita cukup. Tetapi karena uang kita habis, kita sibuk rebut kesana kemari. Waktu kita juga banyak yang bisa kita alokasikan untuk hal lain. Itulah silih dosa. Puasa juga membuka ruang untuk proses membesarkan jiwa. Waktu untuk kebaikan lebih besar, tubuh lebih sehat dan lebih produktif.
Sayangnya, kita hidup beriman hanya dengan berkata-kata. Bukan dengan tindakan berpuasa. Kalau ada orang yang meninggal lebih banyak orang yang berdoa daripada yang menghibur. Tidak ada yang tersenyum. Setelah berdoa diikuti dengan makan bersama tetapi kemudian justru mengeluh karena makanannya dianggap tidak enak. Lalu cerita nama orang lain. Melalui autophagy, kita berpuasa dan memanfaatkan waktu dengan berbuat baik yakni menghibur orang yang berduka. Dengan cara itu kita melakukan silih dosa terhadap orang yang di api penyucian tanpa kata-kata. Puasa autophagy adalah cara hidup untuk menolong mereka yg di api penyucian. Tidak perlu harus pontang panting cari pastor untuk buat misa. Misa tentu saja tetap perlu. Tapi sikap kita yang harus diutamakan.
Karena itu, Cara hidup kita adalah doa yang terindah bagi mereka yang masih ada di api penyucian. Semua anggota SKK tidak ada yang hidup lama di api penyucian. Hanya mampir sebentar untuk tahu apa yang disebut api penyucian. Semua yang telah meninggal pamit dan mereka tidak lama di api penyucian.
NB;
Berbahagialah orang2 SKK dengan penjelasan Opa Anton tentang makna yg terselubung dari Autophagy, ayo berjuang dan berdoa.
Comments
Post a Comment