Skip to main content

Antara Yang Di Dalam dan Yang Di Luar - Eksegese Minggu Biasa ke 8 Tahun Liturgi C

Beriman  itu membentuk satu continuum yang membentang dari dalam sampai keluar. Keluar supaya diketahui. Bukan untuk unjuk gigi. Iman perlu diekspresikan demi kepentingan sosial seperti menolong atau mengubah orang lain supaya beriman, misalnya. Dengan kata lain beriman harus nyata membuahkan kebaikan untuk diri sendiri dan terutama untuk orang lain.

Bacaan minggu ini menyampaikan pesan kepada orang beriman tentang manfaat beriman. Yang beriman memiliki modal untuk tidak binasa, ibarat pohon yang tumbuh diatas lahan yang subur. Beriman pada Kristus tidak cukup dengan mengatupkan mata dan mendaraskan doa. Beriman pada Kristus juga sebagai modal untuk merasakan hangatnya bersama Kristus dan giat bekerja dalam nama Kristus pula. Kehangatan bersama Kristus itu dapat berupa kehidupan yang terus-menerus bertumbuh dalam kebaikan dan bersama kebaikan. Kebaikan beriman yang bertunas dalam diri akan menjadi tempat berteduh bagi orang lain. Kehangatan yang ditunjukkan dan dirasakan orang lain seperti itu menjadi modal untuk mengubah orang lain dan mengalami kebaikan. Ibarat setiap benih selalu berpotensi menjadi pohon yang rindang dan menghasilkan buah yang berkualitas. Semakin banyak yang rindang semakin adem kehidupan di dunia ini bersama orang lain.

Berbicara merupakan salah satu bentuk menunjukkan iman yang subur ,yang di dalam. Berbicara atas nama iman menyebarkan kebajikan dan menumbuhkan benih kebajikan pada orang lain. Sebaliknya berbicara atas nama kebohongan menumbuhkan kebencian atau minimal kebosanan. Berbicara yang tegas itu lewat contoh hidup dalam kebajikan.

Beriman pada Kristus itu tidak cukup dengan sejumlah pengetahuan tentang Injil, tentang Kristus atau tentang Allah dan kemampuan pewartaan dengan berkata-kata. Beriman pada Kristus lebih utama dalam contoh hidup yang penuh kasih : damai, rajin, sabar, dan sebagainya. Hidup dalam kasih membuahkan kasih pada diri dan orang lain. Bila pengetahuan saja yang ada, maka apa bedanya dengan pengetahuan lain?

Yang terpenting dari bacaan minggu ini adalah pesan untuk mendahulukan yang tidak binasa dengan beriman teguh kepada Kristus yang bangkit - sebagai ladang yang subur tempat pohon kehidupan manusia bergantung. Dengan bergantung pada ladang subur, setiap manusia dan setiap orang beriman akan mempunyai kemampuan untuk bertumbuh subur dan menghasilkan buah kebajikan termasuk dapat berbicara tanpa kata kepada dunia. Tanpa harus berjuang dengan argumentasi logis, setiap orang beriman mampu membersihkan balok atau memanfaatkan balok itu sebagai jembatan untuk membersihkan selumbar di mata dunia atau membiarkan dunia datang mengalami sedapnya buah kasih dan segarnya udara kasih dari pohon kehidupan bersama orang beriman di ladang Allah.


Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi C, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...